Jumat, 18 September 2009

Teater Hidup Pengantin Jawa

Dalam lingkaran hidup masyarakat Timur, khususnya masyarakat Jawa di Solo dan Yogya, sejak seseorang lahir sampai di masa tua seringkali mengalami tahap-tahap yang membawa kesan estetika dan eksotisme tersendiri. Keindahan dan romantisme dalam setiap tahapan, banyak termanifestasikan dalam bentuk ritus dan upacara adat dan tradisi yang menurut kacamata modern begitu rumit. Itu sebabnya, “manusia Jawa” – katakanlah begitu – seolah-olah hidup di panggung teater yang tidak terlepas dari ritus-ritus dan upacara lingkaran kehidupan.
Bisa jadi kesan indah dan eksotis itu melintas semasa seseorang masih kanak-kanak. Seseorang yang lain mungkin menjumpai kesan keindahannya di masa puber pada usia remaja atau saat dia menginjak usia dewasa. Semua kesan itu berkembang seiring bertumbuhnya peradaban umat manusia yang kian tak terjajagi.
Di antara sederet pengalaman hidup yang memberikan kesan paling dalam (yang dialami hampir setiap orang) adalah di saat seseorang menikah dan menjadi raja sehari di pelaminan. Perkawinan dan resepsi pengantin – di kalangan masyarakat Jawa – dapat dibilang sebagai pannggung teater hidup. Pemeran utamanya adalah sepasang pengantin dan banyak orang, seperti panitia pengantin, para tetamu sampai tukang parker ikut ambil bagian kecil di panggung teater tersebut.
Bisa dibayangkan. Betapa besar biaya yang dikeluarkan untuk sebuah perhelatan di panggung teater perkawinan. Betapa rumit dan njlimetnya persiapan dan pelaksanaan sebuah pesta perkawinan. Betapa ribetnya pasangan calon pengantin bersiap diri sampai disaat keduanya naik pelaminan. Berapa banyak orang yang terlibat dalam proses perkawinan. Dan lain-lain lagi di luar biaya sosial yang merupakan bagian dari kehidupan bermasyarakat.
Pengantin dengan rangkaian tata upacara adatnya, dalam tradisi Jawa memiliki makna khusus. Seluruh tatacara yang berlangsung sejak calon pengantin melamar sampai pada puncaknya pada resepsi pengantin, memiliki banyak kandungan makna penuh symbol dan lambing-lambang.
Mencermati tatacara adat dan tradisi pengantin Jawa – khususnya yang hidup dan berkembang di kawasan Surakarta dan Yogyakarta – di balik keindahannya juga tergolong begitu unik. Mari kita mencoba mencermatinya dari tata busana pengantin Jawa gaya Surakarta dan Yogyakarta. Mulai dari gaun pengantin putri dan beskap pengantin pria yang dahulu kala biasanya bewarna gelap, berhiaskan penuh pernik-pernik hias-rias dengan kandungan makna filosofis sangat dalam. Begitu pula kain batik dengan “prada” atau warna keemasan pada bunga-bunga kain batik, biasanya berpola “Sidoluhur” atau “Sidomukti”. Kedua pola kain batik tersebut mengandung makna filosofis tentang keluhuran dan kesejahteraan.
Rias wajah pengantin putri juga bukan sembarang rias. Pengantin putri dirias yang disebut “Paes” – ada paes ageng dan paes alit. Paes ageng untuk pengantin berbusana “basahan” dan paes alit untuk pengantin berbusana kanalendran – dengan maksud agar pamor pengantin dengan inner beauty atau kecantikannya yang alami memancar keluar.
Itulah sepotong keindahan dan keunikan pengantin Jawa yang kita cermati secara sekilas. Keindahan dan keunikan tersebut selama ini sebatas didisuguhkan kepada para kerabat dan handaitolan yang hadir sebagai tamu resepsi pengantin. Padahal, bisa jadi para tamu tersebut telah jenuh menyaksikan prosesi dan upacara pengantin. Upacara tradisi, seperti sungkeman, upacara krobongan berupa “kacar-kucur”, “dulangan”, “bobot-timbang” dan lain-lain bagi masyarakat Jawa mungkin sudah tidak menarik.
Prosesi dan upacara pengantin menurut tatacara adat Jawa yang indah dan eksotis, adalah daya magnet yang layak sebagai sebuah atraksi. Betapa sayang apabila mutiara tradisi yang sedemikian adi, begitu saja berlalu tertelan zaman. Bagi yang berminat (apalagi bagi wisatawan mancanegara ) atau mungkin ingin mengadakan resepsi pengantin dengan tata upacara adat Jawa, tidaklah terlampau sulit. Carilah di salah satu sumber budaya Jawa, Surakarta atau Yogyakarta..
Temukan!! “Keunikan dan Keindahan Pengantin Jawa”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar